Operasi Senyap di UIN Suska: Prof. Leny Nofianti Pecah Rekor, Jadi Rektor Perempuan Pertama

PEKANBARU – Sejarah berubah di kampus hijau Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau. Untuk pertama kalinya sejak berdiri, seorang perempuan ditunjuk memimpin lembaga pendidikan tinggi Islam ini. Dia adalah Prof. Dr. Leny Nofianti, MS, SE, MSi, Ak, CA—akademisi bidang akuntansi yang dikenal tenang, bersih dari konflik, dan tajam dalam pemikiran.

Pelantikan Prof. Leny digelar Senin, 26 Mei 2025, di Jakarta. Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, memimpin langsung prosesi pelantikan yang juga diikuti oleh dua pimpinan PTKN lainnya. Momentum ini bukan sekadar rotasi jabatan, tapi simbol pergeseran arah UIN Suska ke kepemimpinan yang lebih inklusif dan profesional.
Prof. Leny bukan nama sembarangan. Lahir di Sungai Salak pada 12 November 1975, ia menapaki karier akademiknya dari Universitas Riau hingga menyandang gelar doktor di Universitas Padjadjaran. Ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Akuntansi pada usia 44 tahun, dan pernah menjabat Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Suska Riau.

Dalam proses pemilihan rektor, Prof. Leny menjadi satu-satunya kandidat perempuan dari lima nama besar yang bersaing. Ia mengalahkan petahana Prof. Dr. Hairunas, serta nama-nama tenar seperti Prof. Akbarizan dan Prof. Syamsul Nizar, yang masing-masing sempat terseret kontroversi di kampus. Prof. Akbarizan bahkan sempat menjadi sorotan karena pernah mengundang tokoh kontroversial Habib Rizieq Shihab saat menjabat Dekan Fakultas Syariah.
Berbeda dengan rival-rivalnya, Prof. Leny tampil sebagai figur netral yang tak terjebak dalam tarik-menarik politik kampus. Dalam visi misinya sebelum terpilih, ia secara lugas menjanjikan reformasi menyeluruh, termasuk menyelesaikan masalah gedung-gedung mangkrak seperti Masjid Al-Jamiah dan gedung dosen yang telah lama terbengkalai.
“Menjadi rektor di era post-truth bukan tugas mudah,” pesan Menag Nasaruddin dalam sambutannya. Ia menekankan pentingnya integritas dan keberanian dalam menavigasi tantangan pendidikan tinggi keagamaan saat ini.
Prof. Leny tampak siap. Ia menegaskan komitmennya menjadikan UIN Suska sebagai kampus yang unggul, profesional, dan terbuka terhadap perubahan. Dengan latar belakang keilmuan yang kuat dan pemahaman mendalam tentang tata kelola kampus, publik menaruh harapan besar pada masa kepemimpinannya.
Kini, semua mata tertuju ke Riau. Perempuan pertama telah duduk di kursi tertinggi UIN Suska. Mampukah revolusi senyap ini mengubah wajah kampus yang sempat diliputi konflik internal? Waktu yang akan menjawab. (*)