Aula Stanum Terbengkalai, Anggaran Rp6 Miliar Diduga Mengalir ke Pejabat dan Aparat Pemeriksa

Bangkinang —Proyek pembangunan aula di kawasan rekreasi Stanum, Kecamatan Bangkinang Kota, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian. Padahal, proyek tersebut telah menghabiskan anggaran sekitar Rp6 miliar yang bersumber dari dana Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Kampar Aneka Karya.
Pantauan di lapangan pada Selasa (20/5/2025) menunjukkan bahwa kondisi bangunan masih sangat jauh dari kata selesai. Pagar seng di sekitar lokasi telah terbuka sebagian, dan material bangunan tampak berserakan. Dari struktur yang tampak, baru tiang dan lantai yang dicor, sementara dinding batu bata hanya terpasang sebagian kecil.
Salah seorang warga Kampar yang enggan disebutkan namanya menyampaikan kekecewaannya atas kondisi proyek tersebut.
“Pembangunan aula ini katanya menelan anggaran Rp6 miliar. Tapi sampai sekarang bangunan belum jadi, hanya tiang dan lantai cor saja. Kita menduga ada indikasi korupsi dalam proyek ini,” ungkapnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh salah seorang karyawan di lingkungan Stanum. Ia membenarkan bahwa proyek dikerjakan pada tahun 2024 dan tidak selesai sesuai target.
“Memang proyek ini belum selesai, kabarnya akan dilanjutkan tahun 2025 ini,” jelasnya.
Namun demikian, hingga berita ini diturunkan, Direktur Utama Perumda Kampar Aneka Karya, Syafruddin, belum berhasil dimintai keterangan. Upaya konfirmasi melalui panggilan telepon dan pesan WhatsApp tidak mendapat respons.
Yang menjadi sorotan adalah sikap Inspektorat Kampar yang dinilai ‘tutup mata’ terhadap proyek yang diduga bermasalah ini. Sejumlah kalangan menduga kuat bahwa aliran dana proyek mengalir ke Pj Bupati, sejumlah pejabat dan oknum pemeriksa internal.
Situasi ini pun menuai respons dari kalangan mahasiswa. Mereka mendesak aparat penegak hukum turun tangan untuk mengusut tuntas kasus ini.
“Kami meminta agar seluruh pihak yang terlibat diperiksa sesuai dengan hukum yang berlaku. Jangan sampai anggaran sebesar itu hilang tanpa pertanggungjawaban,” ujar Hendra seorang mahasiswa yang turut menyampaikan kritik.
Proyek aula Stanum seharusnya menjadi salah satu fasilitas penunjang wisata andalan Kabupaten Kampar. Namun dengan kondisi sekarang, proyek tersebut justru menjadi potret buruk tata kelola anggaran daerah. (lelek)