Gajah Angkat Merah Putih, Simbol Perlawanan Sunyi dari Tesso Nilo

Kamis, 19 Juni 2025 | 16:05:42 WIB
Gajah Angkat Merah Putih, Simbol Perlawanan Sunyi dari Tesso Niloi Foto:

Pekanbaru, 18 Juni 2025 — Sebuah foto menggugah menyebar luas di media sosial: seekor gajah Sumatra dari Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) terekam tengah mengangkat bendera Merah Putih dengan belalainya. Aksi simbolik ini bukan sekadar atraksi, tapi seruan diam yang penuh makna: “Aku masih punya hak tinggal di negeri ini.”

Foto tersebut, yang bersumber dari Kementerian Kehutanan RI dan pengelola Taman Nasional Tesso Nilo, menjadi viral di tengah memanasnya konflik penertiban kawasan TNTN—hutan yang selama bertahun-tahun dirambah dan dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit ilegal.

Pemerintah melalui Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) telah mulai melakukan tindakan tegas: menyita lahan dan memasang plang larangan di area ilegal. Namun, langkah ini justru memicu demonstrasi besar-besaran di Pekanbaru.

Rabu (18/6), ribuan massa menggelar aksi di Bundaran Tugu Zapin depan Kantor Gubernur Riau. Mereka menolak penertiban dan relokasi sawit ilegal di TNTN. Namun, organisasi Pemuda Tri Karya (PETIR) menyebut aksi ini sarat kepentingan tersembunyi.

 “Kami punya bukti bahwa sebagian besar lahan di TNTN dikuasai oleh elite berkedok rakyat. Bahkan ada individu yang menguasai ribuan hektar,” ungkap Ketua Umum DPN PETIR, Jackson Sihombing.

PETIR juga membeberkan indikasi manipulasi logistik aksi. Biaya sewa dump truk yang mencapai puluhan juta rupiah dipertanyakan sebagai tidak lazim untuk aksi rakyat biasa.

Sementara itu, Ketua DPH LAM Riau Kabupaten Pelalawan, Tengku Zulmizan, menegaskan bahwa masyarakat adat Pelalawan justru mendukung penuh langkah pemerintah.

“Saya sudah klarifikasi ke organisasi mahasiswa Pelalawan, mereka tidak terlibat dalam aksi. Mereka mendukung Satgas PKH,” katanya.

Dukungan juga datang dari Koordinator Pusat BEM se-Riau, Ahmad Deni Jailani, yang menyebut penertiban TNTN adalah bagian dari implementasi reformasi tata kelola kehutanan nasional, sebagaimana tertuang dalam Perpres No. 5 Tahun 2025.

“Tesso Nilo bukan hanya kawasan hutan. Ia adalah warisan ekologis yang tak tergantikan. Ini soal masa depan planet, bukan sekadar konflik lahan,” ujarnya.

Namun, usai aksi, kondisi taman kota Pekanbaru rusak dan dipenuhi sampah. Kapolda Riau, Irjen Pol. Herry Heryawan, mengecam keras tindakan peserta demo yang tak bertanggung jawab.

“Kalian minta keadilan, tapi merusak ruang publik dan membiarkan sampah berserakan. Makhluk hidup lain juga berhak atas keadilan,” tegasnya.

Sementara manusia masih berseteru soal batas dan hak atas tanah, gajah-gajah Tesso Nilo—yang dulu bebas berkeliaran—terusir perlahan oleh ekspansi kelapa sawit dan kepentingan ekonomi. Dan dalam diam, seekor gajah mengangkat Merah Putih. Sebuah isyarat: merdeka bukan hanya hak manusia, tapi juga alam dan penghuninya.

Tesso Nilo bukan sekadar sengketa. Ia adalah rumah terakhir gajah, harimau, dan kehidupan yang tak bisa bersuara. Kini mereka berbicara—lewat simbol, bukan teriakan. (tim)

 

Tulis Komentar