Freddy Simanjuntak: Kasus di Kampar Lebih Rumit dari Kasus Sambo Pembunuhan Brigadir J

Selasa, 24 Desember 2024 | 13:45:41 WIB
Freddy Simanjuntak: Kasus di Kampar Lebih Rumit dari Kasus Sambo Pembunuhan Brigadir Ji Foto: Suasana Pembongkaran Makam

Pekanbaru – Penanganan kasus kematian Prada Josua Lumban Tobing terus menjadi perhatian publik. Freddy Simanjuntak, kuasa hukum keluarga korban, menyebut bahwa kasus ini jauh lebih rumit dibandingkan kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, yang akrab disapa Brigadir J.

"Pada kasus Brigadir J, ada justice collaborator yang membantu mengungkap fakta dan membongkar konspirasi di dalamnya. Namun, dalam kasus di Kampar ini, tidak ada saksi dari dalam yang berani berbicara. TNI itu solid dan memiliki jiwa korsa yang sangat kuat, sehingga kasus seperti ini cenderung tertutup rapat," kata Freddy, Selasa (24/12/2024).

Meskipun demikian, Freddy tetap optimis bahwa keadilan untuk Josua akan terungkap. "Kami yakin bahwa di dalam institusi TNI masih ada banyak orang bersih yang berintegritas. Dengan dukungan Presiden Prabowo Subianto, Panglima TNI, dan Kapolri, serta ekspos media yang masif, kami percaya kasus ini akan menemui titik terang," tambahnya.

Freddy menekankan bahwa peran media sangat penting dalam membuka fakta di balik kematian Josua. "Media adalah ujung tombak dalam mengungkap kebenaran. Dengan tekanan publik yang konsisten, pihak berwenang tidak bisa mengabaikan kasus ini," ujarnya.

Kejanggalan dan Tekanan untuk Penyelesaian Kasus. Keluarga Prada Josua sebelumnya telah melaporkan hilangnya barang bukti penting berupa rekaman CCTV, HP, dan tali gantungan yang awalnya diakui oleh Danru Yonif 132 telah diserahkan ke Denpom. Hilangnya barang bukti ini memperkuat kecurigaan keluarga bahwa ada upaya untuk menutupi fakta sebenarnya dalam kasus ini.

Ditambah lagi, hasil autopsi sementara dari Polda Riau menunjukkan adanya 10 titik indikasi kekerasan di tubuh korban. Temuan ini bertolak belakang dengan kesimpulan awal Denpom yang menyebut Josua meninggal akibat gantung diri.

"Kami masih menunggu hasil lengkap autopsi sebagai bukti pendukung. Kami yakin kematian ini bukan karena bunuh diri, tetapi akibat kekerasan," tegas Freddy.

Harapan kepada Tim Pencari Fakta Independen. Freddy dan keluarga korban mendesak agar dibentuk Tim Pencari Fakta (TPF) independen di luar institusi TNI untuk menyelidiki kasus ini secara transparan. Laporan juga telah disampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto, Komnas HAM, Panglima TNI, Menkopolhukam, dan Komisi III DPR RI.

"Kami tidak akan berhenti berjuang. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Kami percaya bahwa keadilan untuk Josua akan terungkap jika semua pihak yang berwenang bersedia bertindak tegas," pungkas Freddy.

Hingga saat ini, keluarga Prada Josua masih menunggu tanggapan resmi dari pihak terkait, sambil terus menggalang dukungan publik untuk mengungkap kebenaran. Kasus ini menjadi ujian besar bagi sistem penegakan hukum di Indonesia, khususnya dalam menangani kasus-kasus yang melibatkan institusi militer. (lelek)

 

Tulis Komentar