MENU TUTUP

Pakar Lingkungan ini Sebut Riau Berada Digerbang Keruntuhan Ekologis

Kamis, 07 Desember 2017 | 23:44:09 WIB
Pakar Lingkungan ini Sebut Riau Berada Digerbang Keruntuhan Ekologis DR Elviriadi MSi

GENTAONLINE.COM-Tarik ulur Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi Riau antara pemerintah pusat dengan Pemprov Riau kembali mendapat sorotan Pakar Lingkungan Riau, DR Elviriadi SPi MSi. Menurutnya ini bisa membuat Provinsi Riau berada di gerbang keruntuhan ekologis.

Seperti pemberitaan sebelumnya, Ranperda RTRW Riau belum diterima KLHK. KLHK minta syarat adanya studi lingkungan (kajian lingkungan hidup strategis). Menanggapi itu, Elviriadi yang juga ketua umum Badan Koordinasi Muballigh Indonesia (Bakomubin) Riau menilai tidak akan efektif.

"Permintaan KLHK itu hanya sebagai bargaining. Kok bisa studi belakangan, lahan dah dikapling-kapling, dieksekusi, dah dikebas orang. Kan tak lucu," ungkap aktivis 98 itu dikutip dari situs goriau.com, Kamis, 7 Desember 2017.

RTRW di rantau ini  sudah kacau balau alias crowded. Sejak hancurnya hutan tanah ulayat dengan keluarnya undang undang pemerintahan desa, maka tata kelola ruang, hutan, sumber daya alam, konservasi air, satwa, semua jadi bekecai harai (berantakan).

Diakui Elviriadi, kemarin ia diminta bicara oleh Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat adat Nusantara (AMAN) Kabupaten Kampar soal tanah ulayat. Di Kampar Kiri sampai Domo, tanah ulayat sudah dirampas perusahaan. "Makanya, kalau berkeliling pakai helikopter terbang rendah, tak nampak lagi hutan hujan tropis yang dipelihara tetua Melayu dulu," ujar Elviriadi.

Sebagai ilmuan, Elviriadi mengaku hanya bisa mengingatkan Jokowi agar segera membuat platform nasional penyelamatan lingkungan. Jangan sampai membangun sambil merobohkan. "Nyatanya, cagar biosfer Giam Siak Kecil makin hari tambah kecil. Begitu juga suaka margasatwa Bukit Batu, suaka margasatwa Rimbang Baling, taman nasional, hutan adat, semua dirambah menuju padang tekukur," ungkapnya.

Hasil risetnya tentang arah kebijakan ekologi politik di Sumatra dan Kalimantan, menunjukkan bahwa negara masih mengandalkan industri ekstraktif berbasis sumber alam, khususnya hasil hutan kayu. "Nah, walau sudah makan asap, banjir, longsor, tetap saja orang tak peduli, makanya Riau ini berada di gerbang keruntuhan ekologis," cetus anak watan Kepulauan Meranti itu.

Sementara untuk solusinya, menurut Elvi ini sudah rumit. Memang setiap makin akhir zaman, kerusakan lingkungan dan moral umat manusia makin parah. "Jadi, banyak banyak berzikir ajalah," tutup Dosen UIN Suska Riau itu. (Genta/goriau)

Berita Terkait +
TULIS KOMENTAR +
TERPOPULER +
1

Gejolak di Kampar Tokoh Adat Marah, Sekda Dinilai Arogan dan Lecehkan Ninik Mamak

2

FEIS UIN Suska Riau Rayakan Milad ke-20, Dema Sukses Gelar ECOS Fest Penuh Semangat

3

Irwan Saputra Diduga Gelapkan Dana KUR BNI, Kabur ke Malaysia — Publik Desak Penegak Hukum Bergerak, Tagih Janji Presiden Prabowo

4

DPRD Siak Desak Polsek Kandis Tangkap Pimpinan Koperasi Makmur Mandiri Diduga Tipu Ratusan Juta

5

Eks Ketua DPRD Kuansing Muslim Ditahan, Minta Anggota Banggar Lain Ikut Diproses

6

Proyek Turap di Jalan Lintas Bangkinang–Pekanbaru Diduga Siluman, Masyarakat Desak Pemerintah Usut

7

Warga Gunung Mulya Desak Kejati Riau Panggil PT Adi Mulya Agrolestari yang Diduga Tak Bayar Hak Warga

8

Aksi Berdarah di Depan Kanwil BPN Riau, Massa Desak Presiden Prabowo Copot Pejabat dan Usut Mafia Tanah

9

Diduga Pungli, Pengurus DEMA Universitas dan Fakultas di UIN Suska Riau Keluhkan Pungutan Sewa Lapak Tenda Rp. 50 - 150 Ribu per Hari