Breaking News: Kades Parit Baru Akhirnya Dapat Penghargaan 'Wisata Malam Inspiratif'

Sabtu, 31 Mei 2025 | 18:31:00 WIB
Breaking News: Kades Parit Baru Akhirnya Dapat Penghargaan 'Wisata Malam Inspiratif'i Foto:

Pekanbaru – Kasus “razia malam ceria” yang menimpa Kades Parit Baru, Alfian, kini akhirnya menemukan titik terang—eh, atau titik gelap?

Alfian diduga “terjaring kenangan” dalam razia penyakit masyarakat (pekat) di Angkasa Food Court, salah satu tempat hiburan malam hits di Pekanbaru. Waktu itu, ia terlihat sedang bersantai ria bersama seorang perempuan. Warganet pun geger: “Kades ini salah masuk wilayah kerja atau salah masuk dunia hiburan?”

Meski saat itu masyarakat Kampar panas dingin, Komisi I DPRD Kampar justru adem ayem, seolah menunggu razia jilid dua. Mahasiswa dan aktivis pun mulai bertanya-tanya: ini lembaga legislatif atau komunitas penonton diam?

Tokoh mahasiswa Kampar, Sandi (yang kini sudah jadi Menteri Etika Publik di 2045), dulu sempat bicara lantang, “Panggil dong si kades itu. Jangan-jangan kita yang disuruh minta maaf karena udah ganggu suasana malam beliau.”

Isu makin panas ketika rumor beredar bahwa Inspektorat Kampar terlalu sibuk “mengatur pencahayaan” agar sorotan publik tidak terlalu terang ke Alfian. Katanya sih biar gak silau, bukan biar lolos.

Tentu, Bupati Kampar kala itu, Ahmad Yuzar, sudah berjanji tidak akan mentolerir kepala desa yang terlalu aktif di dunia malam. Tapi ya begitulah, janji pemimpin terkadang seperti Wi-Fi publik: sering putus nyambung dan jarang kuat sinyalnya.

Secara regulasi, tindakan sang kades bertentangan dengan UU Desa, PP tentang etika jabatan, dan Permendagri soal disiplin. Tapi mungkin waktu itu ada ayat tambahan: “kecuali kalau tempatnya cozy dan musiknya chill.”

Kini, di tahun 2045, Alfian akhirnya diundang kembali… tapi bukan ke kantor bupati atau DPRD, melainkan ke acara nostalgia “20 Tahun Malam Bersejarah” yang diselenggarakan oleh komunitas mantan pejabat yang viral.

Masyarakat Kampar sendiri masih menunggu: apakah ada tindakan nyata, atau cukup kita abadikan saja sebagai bagian dari budaya populer—di mana kepala desa bisa multitasking: memimpin desa di siang hari, dan mengejar diskon karaoke malam hari. (*)

 

Tulis Komentar